Sabtu, 11 Januari 2014

Alhamdulillah, karena cerpen ini aku jadi menang... ^,^

Akhir Persahabatan

            Ammanda Raihan adalah anak semata wayang keluarga Raihan. Manda begitulah ia biasa dipanggil. Manda memang berasal dari keluarga kaya yang tinggal di perumahan elit, akan tetapi ia sudah terbiasa mandiri tidak seperti anak semata wayang keluarga kaya lain yang biasanya manja. Umurnya baru menginjak 12 tahun, sekarang ia bersekolah di SMP Bakti Bangsa, ia tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Hari-harinya biasa ia gunakan untuk mengerjakan tugas dari sekolahnya, tak heran jika ia dapat manduduki ranking pertama di sekolahnya. Manda memang anak yang rajin.
            Malam itu ia sedang memeras otak untuk mengerjakan tugas matematika yang terkenal sebagai mata pelajaran labirin itu. Dijuluki mata pelajaran labirin karena memang agak membingungkan kalau kita tidak teliti mengerjakannya. Dengan penuh konsentrasi, Manda segera mengerjakan tugas mata pelajaran labirin itu. Memang tugaas itu dikumpulkan seminggu yang akan datang, kebiasaan Manda memang seperti itu, begitu ada tugas langsung ia kerjakan tanpa peduli kapan tugas itu dikumpulkan, takut kalau numpuk katanya.
            Kring…. Kring…. Kring… bunyi itu memecahkan konsentrasi Manda yang sedang serius mengerjakan tugas matematika. Secepat kilat Manda segera menyambar ponsel pink yang berada tak jauh darinya.
            “ Hallo… Manda ? Besok berangkatnya pagi ya !” kata gadis itu tanpa salam.
            “ Wa’alaikum salam” jawab Manda ingin membetulkan gadis yang tidak memberi salam itu.
            “ Eh… iya lupa… besok lagi tak inget-inget deh !” kata gadis itu.
            “ Emang ada apa sih ? kok harus pagi-pagi ? “ kata Manda penasaran.
            “ Nggak apa-apa kok ! yang penting besok dateng aja ada something !” jawab gadis itu.
            “ Hmm… Insya allah deh ! Nggak janji ya !” kata Manda.
            “ Iya… tak tunggu besok ya… Assalamualaikum !” kata gadis itu.
            “ Wa’alaikum salam” kata Manda.
            Tut… tut… tut… bunyi itu mengakhiri percakapan antara dua gadis pada malam itu. Ternyata, yang menelpon Manda malam itu adalah Rita Hasan. Rita begitulah ia biasa dipanggil. Rita adalah teman baik Manda di sekolah. Sahabat Manda yang satu ini memeng sifatnya agak pemalas kalau disuruh mengerjakan tugas, apalagi matematika ! Dia pula yang menciptakan istilah mata pelajaran labirin.

***
            Suara jam beker berbunyi nyaring. Manda yang tampaknya masih terlelap segera beranjak dari tempat tidurnya karena teringat akan janjinya pada Rita tadi malam. Hawa dingin khas pagi hari masih terasa, Manda melangkahkan kakinya untuk mandi. Setelah mandi, Manda segera ganti baju lalu menuruni tangga untuk sarapan. Sarapan Manda pagi ini hanya sendiri, kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kora untuk beberapa hari. Manda segera menyantap roti tawar selai anggur dan segelas susu coklat hangat kesukkaannya. Beberapa menit kemudian sarapan itu habis.
            Dengan diantarkan oleh Pak Kardi, sopirnya, Manda berangkat sekolah dengan ceria. Senandung lagu-lagu Sherina terdengar di mobil dan sumber suara itu adalah Manda. Manda memang suka dengan lagu-lagu Sherina, Manda mempunyai banyak hal yang berhubungan dengan Sherina. Semua lagu Sherina tersimpan di ponsel pink-nya.
            Beberapa menit berlalu, akhirnya sampailah di depan gerbang sekolah Manda. Pak Kardi membukakkan pintu untuk majikannya tersebut.
            “ Pak Kardi nanti jemput Manda jam setengah satu ya “ kata Manda.
            “ Iya, Non. Nanti bapak jemput “ kata Pak Kardi.
            “ Ya udah, makasih ya Pak !” kata Manda seraya pergi menuju kelas.
            “ Iya, Non. “ kata Pak Kardi.
            Manda segera melangkahkan kakinya menuju kelas, tak sabar apa yang akan dilakukan Rita dalam percakapannya tadi malam. Sesampainya di kelas, Manda hanya melihat Rita duduk, sambil mencoba menghitung berapa soal yang belum ia kerjakan.
            “ Assalamualaikum Ta… ada apa sih ?” Tanya Manda.
            “ Eh…. Wa’alaikum salam. Hmm jadi gini Nda, tadi malem aku lupa ngerjain soal IPS dari Pak Doni, hmm aku boleh liat punyamu ? “ Tanya Rita ragu-ragu.
            “ Emm…. Nggak bisa apa nggak nyoba ? tapi ya udah deh ! kali ini aja ya ! ini Cuma buat PR aja, tapi kalo pas ulangan, hmmm…. Jangan harap ! ” kata Manda.
            “ Iya Mbak Manda yang cantik…. Makasih ya ! “ kata Rita lega.
            “ Sama-sama Dek…” jawab Manda. Keduaya pun tertawa.
            Jam telah menunjukkan pukul tujuh. Teng…. Teng …. Teng …. Bel tanda masuk berbunyi seakan-akan memerintahkan para siswa agar segera masuk kelas. Hari ini adalah jadwal pelajaran IPA semua murid kelas 7 C, semua murid duduk dengan tenang, tak seperti biasanya ketika pelajaran lain, maklum mereka takut akan guru mata pelajaran tersebut Ibu Rena, pernah mereka dimarahi karena masih sibuk sendiri, dan akhirnya mereka tidak pernah mengulanginya sampai saat ini.

***
            Jam menunjukkan pukul Sembilan pagi, waktunya untuk istirahat, bel tanda istirahat berbunyi nyaring. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Manda memilih untuk pergi ke kantin bersama Rita. Saat pergi ke kantin mereka melewati tempat majalah dinding, di sana ada poster bertuliskan tentang olimpiade Matematika yang diadakan sekolah.
            “ Eh…. Rita tunggu dulu deh ! liat ini !” kata Manda sambil menunjuk pada poster tersebut.
            “ Olompiade matematika ? kamu mau ikut Nda ? aku mau ikut ahh…. Pasti nanti aku pemenangnya “ kata Rita sombong.
            “ Iya kamu pemenangnya deh ! aku juga mau ikut ! “ kata Manda.
            “ Hahaa…. Tentu saja ! “ kata Rita.
            “ Kalau kalah jangan nangis yaaa ! “ ejek Rita.
            “ Iya Dek Rita yang paling pintar ! “ kata Manda.
***
            Jam telah menunjukkan pukul setengah satu siang, waktu yang ditunggu-tunggu datang, yaitu…. Pulang sekolah…. Pak Kardi telah menunggu Manda di depan gerbang, Manda segera keluar kelas lalu segera bertemu Pak Kardi yang telah menunggu.
            “ Silakan, Non “ kata Pak Kardi sambil membukakan pintu untuk majikannya.
            “ Makasih Pak “ kata Manda.
            Pak Kardi segera masuk ke mobil, mobil mulai meninggalkan sekolah. Seperti biasa Manda yang terlihat agak bosan segera meraih ponsel yang berada di dalam tasnya untuk mendengarkan lagu Sherina. Tiba-tiba ia menanyakan sesuatu kepada Pak Kardi.
            “ Pak Kardi ? Papa sama Mama udah pulang ? “ Tanya Manda.
            “ Sepertinya belum Non, maklumlah pasti Bapak sama Ibu banyak kerjaan disana “ kata Pak Kardi seolah tak ingin melihat majikannya itu bersedih.
            “ Iya Pak, Hmm…. Di rumah, Mbok Inah masak apa Pak ? “ Tanya Manda.
            “ Sepertinya tadi Mbok Inah masak opor ayam, Non ? “ jawab Pak Kardi.
            “ Ohh…” kata Manda datar.
            “ Apakah Non tidak suka ? atau mau makan di restoran saja ? “ Tanya Pak Kardi.
            “ Nggak usah Pak Kardi, Manda suka kok ! “ kata Manda.
            “ Ya sudah, Non “ kata Pak Kardi.
            Mandapun kembali mendengarkan lagu Sherina sampai tertidur, setelah sampai di rumah Pak Kardi segera membangunkan Manda.
            “ Non, bangun ini sudah sampai  kata Pak Kardi sabar.
            “ Eh…. Iya Pak “ kata Manda kaget.
            Manda segera bangun lalu pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan segala keperluan lombanya besok pagi.
***
            Jam beker berbunyi nyaring, Manda segera beranjak dari tempat tidurnya, ia teringat kalau hari ini ia harus mengikuti olimpiade matematika yang di adakan di sekolahnya. Setelah mandi ia langsung sarapan. Seusai sarapan, Pak Kardi segera mangantarnya ke sekolah. Beberapa menit kemudian sampailah Manda di sekolah. Ternyata kegiatan itu akan segera berlangsung, Manda segera mengambil tempat duduk paling depan.
             Beberapa menit kemudian, waktu untuk mengerjakan sudah habis, tinggal menunggu pengumumannya saja.
            “ Pasti aku yang menang ! “ kata Rita dengan sombongnya kepada peserta lain.
            “ Eh…. Jangan sombong dulu dong ! “ kata seseorang yang mendengar ucapan Rita tadi.
            “ Eh…. Apaan sih ? “ balas Rita.
            “ Udah-udah liat tuh, baru aja mau di umummin “ kata Manda menengahi.
            Pembawa acara pun segera membacakan hasil tes tadi.
            “ Juara ke-3…. Dena Meila Azizah !” kata Pembawa Acara di sambut tepuk tangan meriah dari para penonton.
            “ Juara ke-2…. Reivan Deni !” kata Pembawa Acara tersebut.
            “ Dan, juara pertama diraih oleh….” Kalimat dari Pembawa Acara membuat penasaran.
            “ Udah dehh pasti gue…. Secara gitu !” kata Rita sombongnya selangit !
            “ Dengerin dulu napa sih ?” kata Manda mulai kesal dengan sikap sombong Rita dari tadi.
            “ Ammanda Raihan….” Pembawa Acara itu mengumumkan.
            Manda sangat bahagia, Rita kelihatan memusuhi Manda, Manda mendapat uang pembinaan sebesar Rp. 5.000.000,00; . Semua ikut senang kecuali Rita, ia amat benci melihat hal itu. Banyak orang mengucapkan selamat kepada Manda. Rita pergi dari kerumunan orang itu.

***


            “ Hai Rita ! “ kata Manda menyapa Rita, akan tetapi Rita tetap berjalan meninggalkan Manda.
            Manda berusaha menanyakan hal itu kepada Rita,akan tetapi Rita selalu menghindar, hingga suatu hari Manda bisa berbicara pada Rita di kantin sekolah.
            “ Rit, kamu tuh kenapa sih ? “ Tanya Manda.
            “ Kamu tuh yang harusnya kenapa…. Kenapa sih harus kamu yang menangin olimpiade itu ? kenapa bukan aku ? kenapa semuanya kamu ? “ balas Rita bertubi-tubi.
            “ Emm…. Umm…. Ehh…. Umm…” jawab Manda bingung harus bagaimana.
            “ Udah deh…. Tau nggak Nda ? sekarang aku benci sama kamu dan kamu nggak usah lagi ketemu aku ! kita nggak sahabatan lagi !” kata Rita ketus.
            “ Tapi Rit… “ Manda kebingungan merangkai kata-kata agar sahabatnya bisa kembali pada Manda dan mengurungkan niatnya untuk memutuskan tali silaturahmi.
            “ Udah deh ! “ jawab Rita berlalu meninggalkan Manda.
            Manda sepertinya masih terpukul atas kejadian itu, akan tetapi harus diapakan lagi ? Rita telah terlanjur benci kepada Manda. Manda saat ini telah sadar bahwa itu semua bukan salahnya. Ia tidak pernah menyesal karena semua siswa itu berhak berprestasi sama seperti yang lain. Dengan penuh semangat kini Manda telah melupakan kejadian itu, dan kini ia berusaha meraih cita-citanya, sepertinya Rita tak pernah berhenti ingin mengalahkan Manda dalam bidang apapun, Rita telah menganggap Manda sebagai rivalnya.